Jakarta, CNN Indonesia —
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Iklim COP28, yang digelar 30 November hingga 12 Desember, di Dubai, Uni Emirat Arab, punya nilai penting dan pragmatis jangka panjang buat tempat tinggal manusia.
COP28 adalah pertemuan iklim tahunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang ke-28 di mana para pemerintah mendiskusikan bagaimana membatasi dan mempersiapkan diri untuk perubahan iklim di masa depan.
COP sendiri merupakan singkatan dari “Conference of the Parties”, di mana para party atau pihak adalah negara-negara yang menandatangani perjanjian iklim PBB yang pertama pada 1992.
Pada COP21, konferensi ini menghasilkan Perjanjian Paris yang memobilisasi aksi kolektif global untuk membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri pada tahun 2100, dan bertindak untuk beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim yang telah terjadi.
COP28 diharapkan akan membantu menjaga tujuan untuk membatasi kenaikan suhu global tersebut.
Badan Iklim PBB, Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), menyebut target 1,5derajat Celsius sangat penting untuk menghindari dampak perubahan iklim yang paling merusak.
Pemanasan jangka panjang saat ini mencapai sekitar 1,1 derajat Celsius atau 1,2 derajat Celsius dibandingkan dengan masa pra-industri, periode sebelum manusia mulai membakar bahan bakar fosil dalam skala besar.
Namun, perkiraan terbaru menunjukkan bahwa dunia saat ini berada di jalur untuk mencapai pemanasan sebesar 2,4 derajat Celsius hingga 2,7 derajat Celsius pada tahun 2100.
Dengan demikian, peluang untuk menjaga batas 1,5 derajat Celsius dalam jangkauan dengan cepat menyempit.
COP28 sendiri mempunyai beberapa misi yang diharapkan dapat mewujudkan target tersebut. Dikutip dari BBC, COP28 akan berkonsentrasi pada beberapa hal, yakni:
– Akselerasi perpindahan ke sumber energi bersih, untuk “memangkas” emisi gas rumah kaca sebelum tahun 2030.
– Menyalurkan dana untuk aksi iklim dari negara kaya ke negara miskin, dan mengupayakan kesepakatan baru untuk negara berkembang.
– Berfokus pada alam dan manusia.
– Menjadikan COP28 sebagai pertemuan yang “paling inklusif” yang pernah ada.
Optimistis
Sultan Al Jaber, yang memimpin perundingan atas nama negara tuan rumah COP28, Uni Emirat Arab, mengatakan KTT ini akan memberikan komitmen positif dari negara-negara berupa “peta jalan yang kuat.”
Menurutnya, dikutip dari The Guardian, konferensi ini akan memberi suatu “hasil yang belum pernah terjadi sebelumnya” yang akan menjaga harapan untuk membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5 Celsius tetap hidup.
“Saya harus optimis dengan hati-hati. Tetapi saya memiliki pengaruh dan daya tarik yang saya alami saat ini yang akan memungkinkan kami untuk memberikan hasil yang belum pernah terjadi sebelumnya yang kita semua harapkan,” tutur Al Jaber.
Dia menambahkan, “kembali ke jalur yang benar dan memastikan bahwa dunia menerima pemahaman yang kuat tentang peta jalan menuju tahun 2030 yang akan menjaga peningkatan suhu di atas tingkat pra-industri 1,5 Celsius (2,7 Farenheit) adalah satu-satunya tujuan saya.”
Dilansir laman COP28, sejak KTT Rio dan peluncuran Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) tiga dekade lalu, Konferensi COP telah mengumpulkan negara-negara anggotanya setiap tahun untuk menentukan ambisi dan tanggung jawab, serta mengidentifikasi dan menilai langkah-langkah terkait perubahan iklim.
COP28 UEA sendiri akan menjadi salah satu pertemuan internasional terbesar dan terpenting pada 2023 yang diikuti oleh seluruh dunia.
Sebagai proses pengambilan keputusan tertinggi di dunia untuk masalah iklim, acara ini diprediksi menjadi tuan rumah bagi lebih dari 70.000 delegasi, mulai dari kepala negara hingga organisasi non-pemerintah.
[Gambas:Video CNN]
(lom/rfi/arh)