Jakarta, CNN Indonesia —
Pengembangan kecerdasan buatan (AI) super bernama Q* (dibaca Q Star) diduga merupakan masalah sebenarnya di balik pemecatan Sam Altman dari kursi CEO OpenAI.
Sebelumnya, Altman dipecat dewan direksi pada Jumat (17/11) setelah menemukan “dia tidak secara konsisten jujur dalam komunikasinya dengan dewan.”
Sempat ada negosiasi di akhir pekan, Altman tetap gagal balik ke kursi CEO. Pengikutnya, 700 karyawan OpenAI, mengancam ikut keluar. Microsoft kemudian merekrut Altman.
Pada Selasa (21/11) malam, Altman dan OpenAI mencapai kesepakatan untuk mengembalikannya ke kursi CEO dan mengganti jajaran dewan direksi.
Fakta terbaru mengungkap ada alasan lain di balik pemecatan itu.
Melansir Reuters, menjelang empat hari pengasingan CEO OpenAI Sam Altman, beberapa peneliti menulis surat kepada dewan direksi untuk memperingatkan penemuan kecerdasan buatan yang kuat.
Menurut dua orang yang mengetahui masalah tersebut, super-AI ini dianggap dapat mengancam umat manusia.
Surat dan algoritma AI yang sebelumnya tidak dilaporkan adalah alasan utama sebelum dewan memecat Altman, kata kedua sumber tersebut.
Sumber-sumber tersebut mengatakan surat tersebut sebagai salah satu faktor di antara daftar panjang keluhan dewan yang menyebabkan pemecatan Altman. Alasan lainnya adalah kekhawatiran atas komersialisasi kemajuan sebelum memahami konsekuensinya.
Reuters tidak dapat mengecek salinan surat tersebut. Staf yang menulis surat itu juga tidak menanggapi permintaan komentar. Senada, OpenAI menolak berkomentar.
Namun, menurut salah satu sumber, OpenAI mengakuinya dalam pesan internal kepada staf proyek Q* dan surat kepada dewan direksi sebelum acara akhir pekan.
Seorang juru bicara OpenAI mengatakan bahwa pesan tersebut, yang dikirim oleh eksekutif lama Mira Murati, mengingatkan staf soal berita-berita media tertentu tanpa mengomentari keakuratannya.
Salah satu sumber mengungkap beberapa orang di OpenAI percaya Q* bisa menjadi terobosan dalam pencarian makhluk yang dikenal sebagai kecerdasan umum buatan (AGI).
OpenAI mendefinisikan AGI sebagai sistem autonom yang melampaui manusia dalam sebagian besar tugas yang bernilai ekonomis.
Mengingat sumber daya komputasi yang besar, kata seorang sumber yang tidak ingin disebutkan namanya karena tidak berwenang untuk berbicara atas nama perusahaan, model baru ini mampu memecahkan masalah matematika tertentu.
Meskipun hanya mengerjakan matematika pada tingkat siswa sekolah dasar, sumber itu menyebut keberhasilan dalam tes tersebut membuat para peneliti sangat optimistis tentang kesuksesan Q* di masa depan.
Reuters tidak dapat memverifikasi secara independen kemampuan Q* yang diklaim oleh para peneliti.
Kemampuan AI super dalam soal matematika di halaman berikutnya…