Jakarta, CNN Indonesia —
Badan Penerbangan dan Antariksa Ameriksa Serikat (NASA) akhirnya mengungkap hasil studi awal sampel asteroid Bennu yang dibawa pulang tim OSIRIS-REx dari luar angkasa. Simak hasil studinya.
NASA memamerkan material asteroid tersebut untuk pertama kalinya pada Rabu (11/10) sejak misi OSIRIS-REx kembali ke Bumi akhir September lalu. Anggota tim penelitian mengungkap bahwa sampel asteroid Bennu kaya akan kandungan senyawa karbon dan air.
“Sampel OSIRIS-REx merupakan sampel asteroid kaya karbon terbesar yang pernah dikirim ke Bumi dan akan membantu para ilmuwan menyelidiki asal-usul kehidupan di planet kita untuk generasi mendatang,” ujar Administrator NASA, Bill Nelson, dalam sebuah pernyataan, Rabu (11/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Hampir semua yang kami lakukan di NASA berusaha untuk menjawab pertanyaan tentang siapa kita dan dari mana kita berasal,” tambah Nelson.
Menurut Nelson misi-misi NASA seperti OSIRIS-REx akan meningkatkan pemahaman manusia tentang asteroid yang dapat mengancam Bumi, sekaligus memberi gambaran sekilas tentang apa yang ada di antariksa.
“Sampel telah berhasil kembali ke Bumi, tapi masih banyak ilmu pengetahuan yang akan datang – ilmu pengetahuan yang belum pernah kita lihat sebelumnya,” ujar dia.
Meski tim masih perlu meneliti lebih lanjut untuk memahami sifat senyawa karbon yang ditemukan, penemuan awal ini menjadi pertanda baik untuk analisis sampel asteroid di masa depan. NASA mengungkap misteri yang tersimpan dalam batuan dan debu asteroid ini akan dipelajari selama beberapa dekade ke depan, sehingga bisa memberikan wawasan tentang bagaimana tata surya kita terbentuk hingga apa yang harus dilakukan untuk menghindari tabrakan asteroid dengan Bumi.
Sampel yang dikumpulkan dari OSIRIS-REx adalah 60 gram materi asteroid. Para ahli kurasi di NASA Johnson, telah menghabiskan waktu selama 10 hari di ruang khusus yang steril untuk membongkar perangkat keras pengembalian sampel dengan hati-hati untuk melihat sekilas sampel di dalamnya.
Ketika tutup tabung pertama kali dibuka, para ilmuwan menemukan materi asteroid tambahan yang menutupi bagian luar kepala pengumpul, tutup tabung, dan alasnya. Banyak sekali materi tambahan yang memperlambat proses pengumpulan dan penampungan sampel utama.
“Laboratorium kami telah siap untuk apa pun yang Bennu sediakan untuk kami,” kata Vanessa Wyche, direktur NASA Johnson. “Kami memiliki ilmuwan dan insinyur yang bekerja berdampingan selama bertahun-tahun untuk mengembangkan sarung tangan dan alat khusus untuk menjaga material asteroid tetap murni dan untuk mengkurasi sampel sehingga para peneliti saat ini dan beberapa dekade mendatang dapat mempelajari hadiah berharga dari alam semesta ini.”
Dalam dua minggu pertama, para ilmuwan melakukan analisis “sekilas” terhadap materi awal tersebut, mengumpulkan gambar dari mikroskop elektron pemindai, pengukuran inframerah, difraksi sinar-X, dan analisis unsur kimia. Tomografi terkomputasi sinar-X juga digunakan untuk menghasilkan model komputer 3D dari salah satu partikel, yang menyoroti interiornya yang beragam.
Gambaran awal ini memberikan bukti keberadaan senyawa karbon dan air yang melimpah dalam sampel.
“Ketika kita mengintip rahasia masa lalu yang tersimpan di dalam debu dan bebatuan asteroid Bennu, kita membuka sebuah kapsul waktu yang memberikan kita wawasan mendalam tentang asal-usul tata surya kita,” kata Dante Lauretta, peneliti utama OSIRIS-REx, mengutip Space.
“Keberadaan material kaya karbon dan melimpahnya mineral tanah liat yang mengandung air hanyalah puncak gunung es kosmik. Penemuan-penemuan ini, yang dimungkinkan melalui kolaborasi yang berdedikasi selama bertahun-tahun dan ilmu pengetahuan mutakhir, mendorong kita dalam perjalanan untuk memahami tidak hanya lingkungan angkasa kita, tetapi juga potensi awal kehidupan. Dengan setiap pengungkapan dari Bennu, kita semakin dekat untuk mengungkap misteri warisan kosmik kita,” lanjut dia.
Selama dua tahun ke depan, tim sains misi ini akan terus mengkarakterisasi sampel dan melakukan analisis yang diperlukan untuk mencapai tujuan sains misi. NASA akan mengawetkan setidaknya 70 persen sampel untuk penelitian lebih lanjut.
[Gambas:Video CNN]
(tim/dmi)
[Gambas:Video CNN]