Ahli Prediksi Kapan Manusia Punah Gara-gara Bumi Jadi ‘Neraka’


Jakarta, CNN Indonesia —

Sebuah studi memprediksi kapan manusia bakal punah akibat perubahan struktur benua yang memicu panas yang belum pernah terjadi di Bumi akibat perubahan iklim.

Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Nature Geoscience dan dipimpin oleh pakar dari University of Bristol, Inggris, ini memprediksi kepunahan massal berikutnya di Bumi usai kehancuran dinosaurus ini setidaknya terjadi dalam waktu 250 juta tahun lagi.

Peneliti menggunakan pemodelan iklim superkomputer pertama ini menunjukkan bagaimana iklim ekstrem akan meningkat secara dramatis saat benua-benua di dunia akhirnya bergabung membentuk satu benua super (super-kontinen) yang panas, kering, dan sebagian besar tidak dapat dihuni.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Temuan ini memproyeksikan bagaimana suhu tinggi ini akan terus meningkat, karena Matahari menjadi lebih terang, memancarkan lebih banyak energi dan menghangatkan Bumi.

Proses tektonik yang terjadi di kerak Bumi dan menghasilkan pembentukan superkontinen juga akan menyebabkan letusan gunung berapi yang lebih sering terjadi yang menghasilkan pelepasan karbon dioksida dalam jumlah besar ke atmosfer.

Dengan begitu mengakibatkan akan semakin menghangatkan planet ini, seperti dikutip dari halaman resmi University of Bristol.

Penulis utama Alexander Farnsworth, Senior Research Associate di University of Bristol, mengatakan benua super yang baru muncul secara efektif akan menciptakan trio kenahasan (triple whammy).

Itu terdiri dari efek kontinental, Matahari yang lebih panas, dan lebih banyak CO2 di atmosfer.

“Akibatnya adalah lingkungan yang sebagian besar tidak bersahabat, tanpa sumber makanan dan air bagi mamalia,” ujar dia.

“Suhu yang naik antara 40 hingga 50 derajat Celcius, dan bahkan suhu harian yang lebih ekstrem, diperparah dengan tingkat kelembapan yang tinggi pada akhirnya akan menyegel nasib kita,” kata dia.

Adaptasi manusia

Mamalia, termasuk manusia, bisa bertahan dalam sejarah berkat kemampuannya menyesuaikan diri dengan cuaca ekstrem. Di antaranya, melalui adaptasi seperti bulu dan hibernasi dalam cuaca dingin, serta hibernasi cuaca hangat dalam waktu singkat.

Meski mamalia telah berevolusi untuk menurunkan batas ketahanan suhu dingin mereka, toleransi suhu atas mereka pada umumnya tetap konstan.

Fenomena benua super ini pun membuat paparan panas yang berlebihan dalam waktu lama menjadi lebih sulit untuk diatasi dan simulasi iklim pada akhirnya akan terbukti membuat manusia tidak dapat bertahan.

“Manusia, dan banyak spesies lainnya, akan mati karena ketidakmampuan mereka mengeluarkan panas melalui keringat, sehingga mendinginkan tubuh mereka,” kata Farnsworth.

Peneliti menyebut perubahan iklim yang saat ini terjadi akibat ulah manusia memang masih memberi celah pada planet ini untuk tetap layak huni.

Namun, ketika superkontinen itu terbentuk, studi menunjukkan bahwa hanya sekitar 8 hingga 16 persen daratan yang dapat dihuni oleh mamalia.

Farnsworth, Profesor tamu di Tibetan Plateau Earth System, Environment and Resources (TPESER), mengatakan prospek di masa depan saat benua super terbentuk sangatlah suram.

“Tingkat karbon dioksida bisa dua kali lipat dari tingkat saat ini. Dengan Matahari yang juga diperkirakan akan memancarkan sekitar 2,5 persen lebih banyak radiasi dan superkontinen yang sebagian besar terletak di daerah tropis yang panas dan lembab,” ungkapnya.

“Sebagian besar planet ini akan menghadapi suhu antara 40 hingga 70 derajat C,” lanjut Farnsworth.

Krisis iklim di halaman berikutnya…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *