Agresi Israel ke Palestina Menggila, AS Minta Jawaban Google

Jakarta, CNBC Indonesia – Senator Amerika Serikat (AS) Michael Bennet meminta jawaban dari para raksasa teknologi, terkait disinformasi dan berita sesat yang tersebar di platform seperti Meta (Facebook, Instagram, WhatsApp), Google, dan TikTok.

Disinformasi yang dimaksud berhubungan dengan konflik antara kelompok Hamas Palestina dengan Israel di Gaza. Perang yang pecah di Timur Tengah sejak 7 Oktober 2023 tersebut masih berlangsung dan makin parah saat ini.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT

“Konten menyesatkan telah meroket di berbagai media sosial sejak konflik dimulai. Terkadang konten-konten tak benar ini mendapat jutaan view,” kata Bennet yang merupakan senator dari Partai Demokrat, dalam sebuah surat yang dialamatkan ke para bos raksasa teknologi.

Adapun konten-konten tak akurat yang dimaksud tersebar dalam beberapa format. Tak cuma foto dan video, tetapi juga file dokumen palsu, hingga footage video game.

“Dalam beberapa kasus, algoritma platform kalian [Google, Facebook, TikTok dkk] telah memperkuat penyebaran konten-konten palsu. Hal ini berkontribusi terhadap bahaya pemberontakan yang terus-menerus,” kata dia, dikutip dari Reuters, Rabu (18/10/2023).

Sebelumnya, Komisioner Eropa untuk pasar internal Thierry Breton juga memberikan peringatan tegas terhadap para bos raksasa teknologi.

Ia memberikan waktu 1 x 24 jam ke X/Twitter, Facebook, dan TikTok, untuk menyapu bersih berbagai konten yang menyulut konflik Hamas dan Israel makin besar. Peringatan tegas itu sesuai dengan aturan Digital Services Act (DSA) yang berlaku di Eropa.

Dalam aturan DSA, layanan digital yang beroperasi di wilayah Eropa wajib menghapus konten-konten palsu. Jika melanggar, perusahaan bisa dikenakan denda 6% dari total pendapatan tahunan mereka di wilayah Eropa.

Facebook, Twitter/X, dan TikTok langsung merespons peringatan dari Breton. Mereka mengatakan telah menjalankan metode yang spesifik untuk menghapus dan mencegah penyebaran konten palsu.

Update terbaru dari konflik yang berlangsung, ratusan orang dilaporkan tewas dalam ledakan besar di sebuah rumah sakit yang ramai di Kota Gaza. Insiden itu merupakan kematian terbesar di wilayah yang diblokade tersebut dalam lima perang antara Hamas dan Israel sejak militan mengambil alih wilayah tersebut pada 2007.

Kementerian Kesehatan Gaza, yang dijalankan oleh Hamas, mengatakan setidaknya 500 orang tewas pada Selasa (17/10) malam dalam serangan udara Israel terhadap al-Ahli al-Arabi, yang juga dikenal sebagai rumah sakit Baptis.

Juru bicara pertahanan sipil Gaza menyebutkan jumlah korban tewas sekitar 300 orang.

Pertumpahan darah di rumah sakit tersebut terjadi 11 hari setelah perang baru antara Israel dan kelompok militan Palestina yang terus meningkat menjelang kunjungan Joe Biden ke wilayah tersebut, sehingga mempersulit upaya AS untuk menghentikan konflik yang meluas di Timur Tengah.

Militer Israel dilaporkan mengatakan penyelidikan awal menunjukkan bahwa ledakan itu disebabkan oleh kegagalan peluncuran roket Hamas, sebelum mengatakan bahwa itu adalah akibat dari serangan roket Jihad Islam Palestina. Jihad Islam membantah tuduhan Israel, dan skala ledakan tampaknya berada di luar kemampuan kelompok militan tersebut.

Rekaman yang disiarkan dari lapangan oleh Al Jazeera menunjukkan api besar melanda gedung bertingkat itu, dengan banyak mayat, bercak darah, dan puing-puing berserakan di mana-mana.

Rumah sakit milik gereja Anglikan itu dilaporkan diserang tanpa peringatan sebelumnya. Sebelumnya, rumah sakit tersebut terkena serangan roket pada Sabtu dalam serangan yang melukai empat staf medis.

Rumah sakit tersebut diserang sekitar pukul 19.30 waktu setempat. Tempat itu penuh dengan orang-orang yang terluka dalam serangan Israel, serta warga sipil yang mencari perlindungan, mereka percaya bahwa rumah sakit lebih aman daripada rumah mereka setelah serangan Israel tanpa henti yang telah menewaskan lebih dari 3.000 orang.

“Kami sedang melakukan operasi di rumah sakit, terjadi ledakan kuat, dan langit-langit ruang operasi runtuh. Ini adalah pembantaian,” kata dokter Ghassan Abu Sittah, dikutip The Guardian.

“Tidak ada yang bisa membenarkan serangan mengejutkan terhadap rumah sakit dan banyak pasien serta petugas kesehatan, serta orang-orang yang mencari perlindungan di sana. Rumah sakit bukanlah sasarannya. Pertumpahan darah ini harus dihentikan. Cukup sudah.”

Lebih dari 300 korban dibawa dengan ambulans dan mobil pribadi ke rumah sakit utama Kota Gaza, al-Shifa, yang sudah kewalahan menangani korban luka akibat serangan lainnya. Orang-orang yang terluka tergeletak di lantai berlumuran darah, menjerit kesakitan.

“Kami memasukkan lima tempat tidur ke dalam satu ruangan kecil. Kami memerlukan peralatan, kami memerlukan obat-obatan, kami memerlukan tempat tidur, kami memerlukan anestesi, kami memerlukan segalanya,” direktur al-Shifa, Mohammed Abu Selmia, mengatakan kepada Associated Press.

“Saya pikir sektor medis di Gaza akan runtuh dalam beberapa jam.”

Dokter Ziad Shehadah mengatakan kepada Al Jazeera yang terjadi sangat buruk karena orang-orang tersebut, semuanya adalah warga sipi.

“Orang-orang meninggalkan rumah mereka karena berpikir bahwa mereka lebih berbahaya dan mereka pindah ke sekolah dan rumah sakit kami agar aman. Dan dalam satu menit, mereka semua terbunuh di rumah sakit,” tuturnya.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Hamas-Israel Panas, Bos TikTok-Facebook-Twitter Kena Getahnya

(fab/fab)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *